Sabtu, 29 Oktober 2011

Rasiologi untuk Evolusi Manusia

RASIOLOGI
Dalam pengertian Antropologi, rasiologi yaitu ilmu-ilmu tentang ras-ras atau rumpun bangsa di dunia ini, yang termasuk dalam Anthropologi Fisik. (http://www.scribd.com/doc/ 47163489/pengantar-anthropologi). Sedangkan dalam Gajah Mada Journal of Medical Science Jilid VI Juni 1974 No 2,  rasiologi  merupakan ilmu yang mempelajari variasi populasi manusia yang disebabkan oleh faktor-faktor genetis, meskipun pengaruh adaptasi dipentingkan juga. Karena ada faktor geographis dalam distribusi ras, maka bidan ini kadang disebut dengan anthropogeographi.
Di dalam kehidupan manusia terdapat berbagai macam pembedaan. Pembedaan tersebut dapat berbentuk vertikal (pelapisan sosial) dan horizontal (diferensiasi sosial). Pelapisan sosial adalah pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara vertikal, yang diwujudkan dengan adanya tingkatan masyarakat dari yang tinggi sampai ke yang lebih rendah, misalnya kedudukan/status seseorang dalam masyarakat, kekuasaan, kekayaan, dll. Sedangkan diferensiasi sosial adalah pembedaan yang tidak menunjukkan adanya pembedaan tingkatan dalam suatu masyarakat, misalnya diferensiasi sosial menurut umur, jenis kelamin, ras, agama, suku bangsa, dll.
Dalam makalah ini lebih ditekankan pada pembedaan berdasarkan diferensiasi sosial, terutama ras umat manusia. Ada banyak pemahaman tentang ras, namun pemahaman tentang ras ini masih belum menemukan titik temu yang berarti. Pemahaman tentang pengertian ras menyangkut 2 aspek, yaitu aspek biologis (ciri fisik, warna kulit, bentuk tubuh, dll) dan aspek sosial (menyangkut peran dan kebiasaan yang dilakukan). Tetapi dalam pembahasan makalah, lebih ditekankan pada aspek biologis. Namun hal ini hendaknya tidak menjadi masalah dalam pemahaman tentang ras tersebut.

A.      Pengertian dan Pengenalan Ras
Ras adalah kategori untuk sekelompok individu/manusia yang secara turun-temurun memiliki ciri fisik dan ciri biologis yang sama. Dalam klasifikasi mahluk hidup, sekelompok manusia merupakan satu spesies, yaitu homo sapiens. Kelompok manusia yang satu spesies tersebut secara biologis dapat diklasifikasikan kedalam beberapa kelompok yang lebih kecil (genus), inilah yang disebut ras.
Dibawah ini macam-macam pengertian ras menurut para ahli :
1)        Banton (1967), ras merupakan suatu tanda peran, perbedaan fisik yang dijadikan dasar untuk menetapkan peran yang berbeda-beda. Pengertian ras ini menyangkut aspek biologis (ciri fisik, warna kulit, bentuk tubuh, dll) dan aspek social (menyangkut peran dan kebiasaan yang dilakukan).
2)        Grosse, ras adalah segolongan manusia yang merupakan suatu kesatuan karena memiliki kesamaan sifat jasmani dan rohani yang di turunkan, sehingga dapat di bedakan dari kesatuan yang lain.
3)        Kohlbrugge, ras adalah segolongan manusia yang memiliki kesamaan ciri-ciri jasmani karena diturunkan, sedangkan cirri-ciri kerohaniannya tidak diperhitungkan.
4)        Haldane, ras adalah “a group which shares in comman a certain set of innate physical characters and a geographical origin within a certain area’s.
5)        Dunn dan Dobzhansky, ras bukanlah pengklasifikasian manusia berdasarkan budaya atau komunitas tempat berkembangbiak melainkan atas dasar biologis. Ilmu yang mempelajari ciri-ciri morfologis manusia untuk kepentingan pengklasifikasian ras di kenal dengan antropometri. Ciri biologis atau morfologis, meliputi ciri kuantitatif (ukuran badan, bentuk kepala, dan bentuk hidung) dan kualitatif (warna kulit, jenis rambut, dan warna mata).

Berdasarkan Konferensi Umum UNESCO pada tahun 1978 Pernyataan tetang Ras, disusun di paris , Juli 1950 :
1)        Para ahli ilmu pengetahuan telah mencapai kesepakatan umum dalam mengakui bahwa umat manusia adalah satu; bahwa semua orang berasal dari spesies yang sama, homo Sapiens. Disetujui secara umum diantara para ahli ilmu pengetahuan bahwa seluruh manusia mungkin berasal dari benih yang sama; dan perbedaan yang muncul antara kelompok umat manusia yang berbeda karena berjalannya faktor evolusioner dari diferensiasi seperti isolasi, arus pandangan acak dari partikel materi mengontrol keturunan (gen), perubahan dalam strukur partikel–partikel ini, hibridasi, dan seleksi alam. Dengan cara ini kelompok telah muncul dalam perbedaan stabilitas dan tingkat yang beragam yang telah di golongkan dengan cara yang berbeda untuk tujuan yang berbeda.
2)        Dari sudut pandang biologi, spesies homo sapiens dibentuk dari sejumlah populasi, setiap populasi berbeda dari yang lain dalam frekuensi satu atau dua gen. Gen tersebut, bertanggungjawab akan perbedaan keturunan manusia, selalu sedikit ketika dibandingkan dengan seluruh pembentuk genetik umat manusia terhadap sejumlah besar gen umum bagi seluruh umat manusia terlepas dari populasi asal mereka. Hal ini berarti persamaan antara manusia lebih besar daripada perbedaan mereka.
3)        Ras, dari sudut pandang biologi, untuk itu dapat didefinisikan sebagai satu kelompok populasi yang merupakan spesies Homo Sapiens. Populasi ini mampu saling memelihara satu sama lain tapi, berkenaan dengan hambatan isolasi yang pada masa lalu bertahan atau kurang terpisahkan, menunjukan perbedaan fisik tertentu sebagai hasil dari sedikit perbedaan sejarah biologis. Hal ini mewakili variasi, seperti, pada pemikiran yang sama.
4)        Kata “ras”merujuk sebuah kelompok atau populasi dengan ciri beberapa konsentrasi, hubungan keluarga seperti tingkat dan distribusi, partikel keturunan (gen) atau karakter fisik, yang muncul, fluktiatif, dan sering menghilang dalam waktu tertentu dengan alasan isolasi geografis dan budaya. Beragam manifesto ciri dalam populasi berbeda diakui dengan cara yang berbeda oleh setiap kelompok, sehingga setiap kelompok tersebut secara semena – mena cenderung salah mengartikan keragaman yang muncul sebagai perbedaan dasar yang memisahkan kelompok ini dari yang lain.
5)        Bukti–bukti ini adalah bukti ilmiah. Walaupun, ketika kebanyakan orang menggunakan kata “ras” mereka tidak menyatakannya dalam arti yang didefinisikan diatas. Bagi sebagian besar orang, satu ras adalah setiap kelompok orang yang mereka pilih untuk digambarkan sebagai ras. Karena itu, banyak kelompok–kelompok bangsa, agama, geografi, agama, bahasa atau budaya telah, menggunakan secara longgar, apa yang disebut sebagai ‘ras’ ketika tentunya orang Amerika bukan ras, atau orang Inggris, juga prancis, tidak juga kelompok bangsa lainnya. Katolik, Protestan, Muslim, Yahudi, bukanlah ras, ras juga bukan kelompok yang bicara bahasa Inggris atau bahasa lain yang kemudian di dapat didefinisikan sebagai ras; orang yang hidup di Islandia atau Inggris atau India bukanlah ras; bukan juga orang secara budaya Turki atau Cina atau dengan cara apapun dapat digambarkan sebagai ras.
6)        Kelompok bangsa, agama, geografis, bahasa, dan budaya tidak patut tepat dengan kelompok ras; dan ciri budaya dari kelompok tertentu tidak menunjukan hubungan genetik dengan ciri ras. Karena kesalahan serius kebiasaan mengangap istilah “ras” digunakan dalam bahasa popular, akan jauh lebih baik untuk menghentikan istilah “ras’ secara keseluruhan dan bicara kelompok etnis.
7)        Banyak sub–kelompok atau kelompok suku bangsa masuk dalam pembagian kelompok yang digambarkan diatas. Tidak ada kesepakatan umum terhadap jumlah mereka, dan dalam setiap kesempatan sebagain besar kelompok suku bangsa belum dikaji atau dideskripsikan oleh ahli antropologis fisik.

Berdasarkan ciri-ciri biologis Menurut Dunn dan Dobzhansky, A. L. Kroeber membagi klasifikasi ras manusia di dunia kedalam 5 bagian umum, sebagai berikut :
1)        Ras Kaukasoid
Ras Kaukasoid adalah penduduk asli wilayah Eropa, sebagian Asia dan Afrika. Ras ini dibagi lagi menjadi subras, antara lain :
a.         Nordic (Eropa Utara, sekitar Laut Baltik);
b.         Alpine (Eropa Tengah dan Eropa Timur);
c.         Mediteranian (sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab dan Iran);
d.        Indic (Pakistan, India, Banglades, dan Srilangka)
Anggota ras Kaukasoid biasa disebut "berkulit putih", namun ini tidak selalu benar. Oleh beberapa pakar misalkan orang Ethiopia dan orang Somalia dianggap termasuk ras Kaukasoid, meski mereka berambut keriting dan berkulit hitam, mirip dengan anggota ras Negroid. Namun mereka tengkoraknya lebih mirip tengkorak anggota ras Kaukasoid.
2)        Ras Mongoloid
Ras Mongoloid yaitu penduduk asli wilayah Asia, dan Amerika, Ras ini dibagi lagi menjadi subras, antara lain :
a.         Asiatik Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah, Asia Timur);
b.         Malayan Mongoloid (Asia Tenggara, Asia Timur, dan Asia Tengah);
c.         American Mongoloid (Penduduk Asli Amerika).
Nama ras Mongoloid diambil dari nama negara Mongolia dan diberikan oleh orang Eropa karena kontak mereka dengan anggota ras ini terutama berkaitan dengan orang Mongolia. Namun ironisnya dewasa ini setelah diteliti oleh para pakar orang-orang Mongolia ternyata orang-orang Mongolia adalah anggota ras yang memiliki ciri-ciri khas utama ras ini yang paling sedikit.
Anggota ras Mongoloid biasa disebut "berkulit kuning", namun ini tidak selalu benar. Misalkan orang Indian di Amerika dianggap berkulit merah dan orang Asia Tenggara seringkali berkulit coklat muda sampai coklat gelap.
Ciri khas utama anggota ras ini ialah rambut berwarna hitam yang lurus, bercak mongol pada saat lahir dan lipatan pada mata yang seringkali disebut mata sipit. Selain itu anggota ras manusia ini seringkali lebih kecil dan pendek daripada ras Kaukasoid.
3)   Ras Negroid
Ras Negroid adalah penduduk asli wilayah Afrika dan sebagian wilayah Asia, Ras ini dibagi lagi menjadi subras, antara lain :
a.         Afrikan Negroid (Benua Afrika)
b.         Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Malaya yang di kenal dengan orang Semang, Filipina )
c.         Melanesia (Papua, Melanesia)
Ciri khas utama anggota ras negroid ini ialah kulit yang berwarna hitam dan rambut keriting. Meski begitu anggota ras Australoid, meski berkulit hitam dan berambut keriting tidaklah termasuk ras manusia ini.
4)   Ras Australoid
Ras Australoid adalah nama ras manusia yang tinggal di bagian selatan India, Sri Lanka, beberapa kelompok di Asia Tenggara, Papua, kepulauan Melanesia dan Australia.Untuk kelompok di Asia Tenggara, orang Asli di Malaysia dan orang Negrito di Filipina termasuk ras ini.
Ciri khas utama ras ini ialah bahwa mereka berambut keriting hitam dan berkulit hitam. Namun beberapa anggota ras ini di Australia berambut pirang dan rambutnya tidaklah keriting melainkan lurus. Selain itu beberapa orang Asli di Malaysia kulitnya juga tidak selalu hitam dan bahkan menjurus putih.
Suku yang termasuk dalam ras Australoid :
a.       Suku Aborigin Australia
b.       Orang Asli
c.        Negrito
d.       Dravida
e.        Suku Veddah
5)    Ras - Ras Khusus
Ras-ras khusus merupakan ras yang tidak dapat diklasifikasikan dalam keempat ras diatas, ras khusus ini antara lain :
a.       Bushman (penduduk asli Gurun Kalahari-Afrika Selatan)
b.      Weddoid (penduduk asli pedalaman Srilangka, dan Sulawesi Selatan)
c.       Australoid (suku Aborigin-Penduduk asli Australia)
d.      Polynesia (Kepulauan Mikronesia dan Polynesia)
e.       Ainu (penduduk asli Pulau Karafuto dan Hokkaido-Jepang)

Dari warna kulit, kita orang Indonesia di kenal sebagai penduduk yang memiliki warna kulit sawo matang. Sebenarnya berdasar warna kulit, penduduk Indonesia dapat di rinci dalam beberapa bagian, yaitu :
a.       Papua Melanozoid : berkulit hitam dan berbibir tebal. Orang kulit hitam di Indonesia disetai ciri khas rambut gimbal dan ikal bergelombang kecil, misalnya penduduk asli Irian Jaya (Papua), Pulau Aru dan Pulau Kai.
b.      Negroid : berkulit hitam, bentuk tubuh kecil dan berambut keriting. Perbedaan dengan Papua Melanozoid, yaitu bahwa orang Negroid berbadan relatif lebih kecil. Mereka kebanyakan tinggal di wilayah Semenanjung Malaka (Suku Semang).
c.       Weddoid : berkulit sawo matang, bentuk tubuhnya kecil, dan rambutnya bergelombang. Sifat mereka mempunyai kesamaan dengan Bangsa Weda di Srilanka. Mereka ada beberapa suku seperti; Suku Sakai (di Siak- Riau), Suku Kubu (Jambi), Suku Tomuna (Sulawesi).
d.      Melayu Mongoloid : berkulit hitam sampai kekuning-kuningan, berambut lurus atau ikal, dan muka agak bulat. Golongan terakhir adalah golongan terbesar dari seluruh penduduk Indonesia. Dan mereka di anggap sebagai cikal-bakal yang melahirkan generasi bangsa Indonesia. Golongan ini di bagi menjadi dua, yaitu : Melayu Tua, dan Melayu Muda. Melayu Tua, (Protro Melayu), Seperti; Suku Batak, Toraja, Dayak, dan sebagainya. Sedangkan Melayu Muda (Deutro Melayu), seperti; suku Jawa, Sunda, Bali, Madura, Bugis dan sebagainya.

B.       Faktor Pembentuk Ras
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terbentuknya ras pada makhluk hidup, khususnya manusia, antara lain sebagai berikut:
1.    Mutasi, yaitu perubahan secara cepat yang terjadi di dalam gen-gen manusia, misalnya : jika orang tua berambut lurus, maka anak-anaknya berambut bargelombang.
2.    Seleksi disebut juga Natural Scening atau natural Selection yang artinya penyaringan. Misalnya di Benua Eropa warna kulit putih yang dominan sehingga setiap kali terjadi mutasi yaitu lahir anak berkulit agak gelap (Darkish), ia akan mati/lenyap dan dikatakan karena seleksi alam.
3.    Adaptasi, yaitu menyesuaikan diri dengan keadaan alam disekelilingnya. Pengaruh lingkungan ini akan menimbulkan faktor yang penting terhadap pertumbuhan badan manusia. Unsur-unsur dari lingkungan alam terutama iklim, tumbuhan, dan hewan.
4.    Isolasi merupakan pemencilan. Bila sifat-sifat ras yang diperoleh melalui mutasi, seleksi, dan adaptasi yang diturunkan dan diwariskan kepada generasi berikutnya ini disebabkan karena isolasi.
5.    Migrasi adalah perpindahan. Banyak ras yang meninggalkan wilayah asalnya, kemudian ras tersebut bertemu dengan ras-ras lain/lingkungan alam baik yang sama maupun berbeda dengan lingkungan asal. Percampuran dengan ras-ras lain/lingkungan baru tersebut dapat menimbulkan sifat-sifat atau ciri-ciri jasmani baru, sehingga akhirnya akan terbentuk ras yang baru.

C.      Pengaruh, Penghalang, dan Isolasi Geografi terhadap Persebaran Ras
1.    Pengaruh Geografi Terhadap Ras
Geografi memberikan pengaruh yang penting terhadap seluk-beluk persebaran makhluk hidup (tumbuhan, hewan, dan manusia). Boyd, dalam bukunya menjelaskan bahwa pengaruh geografi terhadap persebaran ras manusia melalui 3 cara, yaitu :
a.         Pengaruh dari penghalang geografis (geographical barriers), seperti deretan pegunungan, samudera, kawasan gurun dan wilayah kutub.
b.         Pengaruh geografis secara tidak langsung melalui berkerjanya iklim. Iklim berpengaruh terhadap proses evolusi manusia di kawasan tertentu.
c.         Pengaruh geografis melalui unsur-unsur kimiawi yanag dominan dalam tanah, dan adanya berbagai variasi lahan.
2.    Penghalang dan Isolasi Geografi terhadap Persebaran Ras
a.         Penghalang Geografis (geographical barriers)
Hukley menjelaskan bahwa penghalang dapat menimbulkan isolasi atau pemisah geografis yang sekaligus mengakibatkan pemencilan secara ekologis. Penghalang geografis yang kecil/sempit sudah cukup mampu untuk mengatasi spesies tertentu, hal ini nampak pada dunia hewan dan tumbuhan di wilayah yang bersangkutan.
Efek lain dari barriers adalah melemahnya tekanan seleksi alam. Bila suatu dari dua kelompok jumlah individunya kecil sehingga tidak mampu bersaing melawan kelompok lain yang jumlah individunya lebih besar, maka tekanannya seleksinya tidak intensif.
Dalam sejarah umat manusia, pada mulanya manusia sulit mengatasi penghalang yang dihadapi, namun akhirnya mampu mengatasi. Hal ini berkaitan dengan ditemukannya berturut-turut api, pakaian, busur dan panah, kano (perahu kecil), perahu, kapal, dan akhirnya kapal terbang.
Cara menembus suatu barriers :
1)   Jika penghalangnya berupa perairan yang luas, maka titik penembus untuk memasuki wilayah diseberangnya tidak teratur/acakan/sulit sekali. Maka dapat dilakukan pendaratan dilokasi-lokasi yang aman, misalnya : teluk, pelabuhan, dsb. Pada umumnya orang cenderung menyukai pendaratan yang tempatnya tidak jauh dari tempat pemberangkatan.
2)   Jika barriernya berupa pegunungan, maka tempat penerobosan masuknya lewat suatu lembah atau sela dari pegunungan tersebut.
3)   Jika barriernya berupa gurun, maka lokasi penembusnya dipilih didekat persediaan air/jalan yang dilalui kafilah.
b.         Pengaruh Iklim
Hukum Bergman, menyatakan bahwa semakin panasnya wilayah geografisnya maka semakin kecil bentuk ras-ras dari suatu spesies, sebaliknya diwilayah geografis yang lebih dingin ras-ras yang ada lebih besar ukuran tubuhnya.
Hukum Allen, menyatakan bahwa adanya korelasi positif antara panjang anggota badan dengan suhu wilayah.
Hukum Gloger, hadirnya melanin diwilayah beriklim panas adalah yang terbesar. Adapun phaemelanin yang kemerah-merahan dan kuning kecoklatan terdapat diwilayah arid/kering sedang di situ eumelanin yang kehitam-hitaman paling jarang. Hukumnya adalah semakin dingin iklim suatu wilayah semakin berkurang phaemelanin, dan di wilayah yang iklimnya ekstrim dingin phaemelanin habis sehingga nampak keputih-putihan.
c.         Pengaruh Tanah
Tanah berpengaruh terhadap warna kulit, ada kecenderungan spesies dari ras-ras tertentu yang menghuni tanah bekas aliran lava, berkulit lebih gelap jika dibandingkan dengan spesies yang menempati wilayah yang bertopografi bukit-bukit pasir. Melalui kandungan mineral pada tanah, yaitu dari kenampakan tanaman tertentu dapat diketahui kaya atau miskinnya tanah dibawahnya akan unsur kalsium.

D.      Mengapa Adanya Beragam Ras Bukan Bukti Kebenaran Evolusi?
Terdapat sejumlah evolusionis yang berusaha mengajukan keragaman ras sebagai bukti kebenaran evolusi. Pada kenyataannya, pernyataan ini sebenarnya lebih sering dikeluarkan oleh para evolusionis amatir dengan pemahaman yang kurang memadai atas teori yang mereka dukung tersebut.
Tesis yang diajukan oleh pendukung pernyataan itu didasarkan atas pertanyaan, “Jika, seperti dikatakan sumber-sumber agama samawi, kehidupan memang diawali oleh seorang lelaki dan seorang perempuan, mengapa beragam ras muncul?” Dengan kata lain, maksud pertanyaan itu adalah, “Karena tinggi badan, warna kulit, serta ciri fisik lain pada Adam dan Hawa hanyalah ciri fisik dua orang saja, mengapa berbagai ras dengan ciri fisik yang sama sekali berlainan dapat muncul?”
Sebenarnya, yang menjadi dasar semua pertanyaan atau sangkalan itu adalah kurangnya pengetahuan tentang hukum-hukum genetika, atau ketidakperdulian mereka atas ilmu tersebut. Agar kita dapat memahami penyebab keragaman ras di dunia kini, kita harus lebih dahulu memahami “variasi”, suatu pokok bahasan yang terkait erat dengan pertanyaan ini.
Variasi adalah sebuah istilah dalam ilmu genetika, yaitu peristiwa genetis yang menyebabkan timbulnya perbedaan ciri-ciri satu atau sekelompok individu dalam suatu jenis atau spesies tertentu. Sumber variasi adalah informasi genetis yang dimiliki individu dalam spesies itu. Sebagai akibat perkawinan antar individu, informasi genetis itu bergabung dalam berbagai kombinasi pada generasi berikutnya. Terjadi pertukaran materi genetis antara kromosom ayah dan kromosom ibu. Jadi, gen saling bercampur-baur. Hasilnya, terdapat ciri-ciri individual yang sangat beragam.
Ciri-ciri fisik yang berbeda antar-ras manusia yang berbeda ditimbulkan oleh variasi yang terdapat dalam ras manusia. Semua orang di muka bumi memiliki informasi genetis yang pada dasarnya sama, namun ada yang bermata sipit, ada yang berambut merah, ada yang berhidung mancung, ada yang bertubuh pendek, tergantung sejauh mana potensi variasi informasi genetis ini.
Agar kita memahami potensi variasi ini, cobalah bayangkan sebuah masyarakat di mana kelompok individu berambut coklat dan bermata coklat lebih dominan, dibandingkan individu-individu berambut pirang dan bermata biru. Lama-kelamaan, sebagai hasil dari perbauran dan pernikahan silang, dihasilkan keturunan berambut coklat dan bermata biru. Dengan perkataan lain, ciri fisik kedua kelompok itu akan bergabung dalam keturunan berikutnya dan menghasilkan penampilan baru. Bila kita bayangkan ciri fisik lainnya pun berpadu seperti itu, sangatlah jelas bahwa akan muncul variasi yang sangat beragam.
Hal penting yang harus dipahami di sini adalah: Setiap ciri fisik ditentukan oleh dua buah gen. Salah satu gen mungkin lebih dominan, atau keduanya sama kuat. Contohnya, ada sepasang gen yang menentukan warna mata seseorang – satu gen dari ibu dan satunya lagi dari ayah. Warna mata orang tersebut ditentukan oleh gen yang dominan. Pada umumnya, warna gelap lebih dominan daripada warna terang. Jadi, bila seseorang memiliki gen mata coklat dan gen mata biru, maka warna matanya akan coklat, karena yang dominan adalah gen warna mata coklat. Namun gen yang bersifat resesif tetap diturunkan, dan mungkin muncul pada masa (generasi – terj.) selanjutnya. Dengan kata lain, pasangan ayah dan ibu yang keduanya bermata coklat dapat memperoleh anak bermata hijau. Hal ini disebabkan karena gen warna tersebut bersifat resesif dan terdapat pada kedua orangtua.
Kaidah ini berlaku juga untuk ciri-ciri fisik lain beserta gen-gen pengaturnya. Ratusan, bahkan ribuan ciri fisik, seperti telinga, hidung, bentuk mulut, tinggi badan, struktur tulang, dan struktur, bentuk serta sifat dari sebuah organ, kesemuanya diatur dengan cara yang serupa. Berkat hal ini, informasi tak terhingga yang terdapat di dalam struktur genetis dapat diturunkan ke generasi berikutnya, tanpa harus tampak dari luar. Adam, manusia pertama, dan Hawa, mampu menurunkan informasi yang kaya dalam struktur genetis mereka kepada keturunan mereka, walau yang tampak dari luar hanya sebagian saja. Isolasi geografis yang terjadi sepanjang sejarah manusia telah mengakibatkan ciri-ciri fisik tertentu terkumpul dalam suatu kelompok. Lama-kelamaan, masing-masing kelompok memiliki ciri tubuh yang khas, misalnya struktur tulang, warna kulit, tinggi badan, dan volume tengkorak kepala. Akhirnya, terbentuklah beragam ras.
Akan tetapi, tentunya waktu yang panjang tidak akan merubah satu hal. Tak menjadi soal, apa pun tinggi, warna kulit dan volume otak, seluruh ras adalah bagian dari spesies manusia.
(HARUN YAHYA. Runtuhnya Teori Evolusi. http://www.harunyahya.com/indo/ buku/pertanyaan005.htm)

Kesimpulan
Ras umat manusia di dunia beranekaragam, misalnya ras Mongoloid, Kaukasoid, Australoid, Negroid, dan Ras-ras Khusus (Bushman, Weddoid, Australoid, dll), meskipun ras-ras ini telah dikelompokkan/diklasifikasikan, tetapi dalam kenyataan hal ini tidak lagi sepenuhnya sesuai, karena pengaruh, penghalang dan isolasi geografis terhadap ras bisa menyebabkan berbedanya warna kulit, jenis rambut, warna mata, bentuk badan, bentuk kepala dan bentuk hidung terhadap ras di dunia.


SUMBER PUSTAKA

Gajah Mada Journal of Medical Science Jilid VI Juni 1974 No 2. Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada
http://dytapriscila-yunita.blogspot.com/2009/06/ras-manusia-faktor-pembentuk-ras-umat.html

Senin, 03 Oktober 2011

OSTEOGENESIS (English version)


OSTEOGENESIS

            Osteogenesis is the name given to the development of bone tissue. The bone growth begin from the change of another tissue before, The mesenchyme tissue of embryo will be changed become to be bone tissue or cartilage tissue that will be changed again become to be bone tissue.
            Osteogenesis of embryo divided into two kinds:
1.      Desmalis osteogenesis that form desmal bone
2.      Enchondralis osteogenesis that will form cartilage bone

A.    Desmalis Osteogenesis
Desmalis osteogenesis is also called intramembranous osteogenesis, because it occur in the tissue membrane. The bone that is formed called desmal bone. This osteogenesis occur during the embryonic development of many flat bones like bone of skull, mandible and clavicle.
Desmalis osteogenesis occurs in the following steps.
1.   Condensation of mesenchymal cells in well-vascularized primitive connective tissue.
First, mesenchyme tissue condensate become to primitive connective tissue that contain of a lot of blood vessel. Then they are connected each others by their protrusion. The intercellular substance formed smooth collagen fibers that hidden in the compact ground substance.
2.    Appearance of dense eosinophilic osteoid matrix and simultaneous transformation of mesenchymal cells to larger, more basophilic osteoblasts.
In this step, the first indication could be see that indicate the bone forming is the matrix that have eosinophilic color between 2 closed blood vessels. The matrix that is formed looked as plait because the place that will be the skull has blood vessel plait. The place of the beginning change called Primary Ossification Centre. The mesenchyme cells change become larger. At the same time the cells of the connective tissue arranged line up along the matrix surface and the form change to be cuboids. Whereas the cytoplasm become to be basophyl then called osteoblast.
3.    Initial production of bone spicules (trabeculae) with random collagen organization (woven bone).
Osteoblast undergo synthesize and secretion. Because of it, the bone matrix called osteoid increase steadily so the form become flat called trabecule that is thick. At the same time, it also occurs the tropocollagen molecules secretion that will form collagen, and also glycoprotein synthesize.
After the secretion by osteoblast, then it happen the calcium phosphate sedimentation in a part of the matrix so that it is left as a thin layer of osteoid matrix around the osteoblast.
The thicker trabecule makes the osteoblast hidden in the calcify matrix, named osteocyte. The protrusion of the cells still connected and also hidden in the canaliculi. The position of osteoblast, that have transform become to osteocyte, will be changed by the cells of the connective tissue around it.
4.     Compaction of trabeculae to form cortical bone.
The osteoblasts continue to transform become to osteocytes, and it makes the trabecule become thicker so the separated connective tissue become thin. The cavity among the trabecule is very narrow in the part that will transform to be compact bone. And the part that will transform to be cavity bone, the connective tissue that still exist will change to be bone marrow that will produce blood cells.

B.    Encondralis Osteogenesis
Enchondralis osteogenesis occur with a cartilage base. The bone that is formed called  cartilage bone because the forming by the formation of hyalin cartilage tissue. It occurs at the long bone and vertebrae. The primary enchondralis osteogenesis occurs in the diaphysis of the long bone, and the secondary occurs in the epiphysis.
Enchondralis osteogenesis, primary and secondary, occurs in the following steps. The first will happen primary osteogenesis, then continued with secondary osteogenesis.
1.      Hypertrophy (swelling) of chondrocytes (cartilage cells) in central portion of cartilage model.
The chondrocyte cells in the central portion of cartilage model undergo hypertrophy. Hypertrophy is the condition that the cells enlarge with swollen cytoplasm. Because of it, the cartilage matrix pressed become to be thin septum. In the cytoplasm of the chondrocytes there are glycogen accumulation. The perichondrium around the cartilage (ossification centre) have osteogenic potential so formed bone under it. The bone that is formed is a pipe surround the ossification centre that still have cavity. The bone called periosteum.
2.      Formation of bone collar between the periosteum and the shaft of the cartilage model.
After the periosteum formed, it also formed collar between the periosteum and the shaft of the cartilage model.
3.     Cartilage matrix calcification.
At the same time with the first step, the matrix of the cartilage ready to accept calcium sedimentation. It causes the cartilage cells die because they loose their nutrition. So it will formed cavity (marrow cavity) that connected each other as lacuna residue.
4.      Blood vessel invasion.
After the periosteal pipe formed, the blood vessels enter to the cartilage model by a periosteal bud, and then it penetrates in the primary marrow cavity through the bone collar. The blood bring cells then they are put on the matrix wall. The cells have osteogenic and hemopoietik potential. The cells will play role as osteoblast that secret osteoid matrix. The it formed bone marrow.
5.      Bone matrix layed down on scaffolding of calcified cartilage.
The cartilage calcified by cells that play roles as osteoblast. Trabecula also formed by the calcified cartilage and layered by the osteoid will undergo calcification. It makes the osteoid tissue transform to be bone tissue that still contain of calcified cartilage matrix in the middle of the bone.

After the primary osteogenesis finish, it continued by secondary osteogenesis that occurs in the epiphysis. Between epiphysis and diaphysis, there are a plate called discus epiphyseal. The structure show the growth area of the bone:
1.      Zone of reserve cartilage. This is typical hyaline cartilage and is a large zone in this preparation.
2.      Zone of cell proliferation (ZP). The cartilage cells are small and tend to be arranged in columns, which run parallel to the long axis of the cartilage.  This arrangement is indicative of their intense mitotic activity.
3.      Zone of cell and lacunar maturation and hypertrophy enlargement (ZH). Chondrocytes and lacunae are larger than in the previous zone.  The chondrocytes increase in size and resorb some their lacunar walls, enlarging them to such an extent that some of the lacunae become confluent.
4.      Zone of calcification (ZC). This is a small zone having a slightly darker appearance than the preceding zone due to the basophilic staining of the calcified cartilage.  The chondrocytes die in this zone.
5.   Zone of cartilage removal and bone deposition. Osseous elements are present among the pieces of calcified cartilage.

Minggu, 02 Oktober 2011

Mikrobiologi_Penyakit Akibat Jamur


Blastomikosishttp://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/5/5f/Blastomycosis_cropped.JPG/190px-Blastomycosis_cropped.JPG

















Blastomikosis
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cendawan dimorfik Blastomyces dermatitidis. Cendawan B. dermatitidis banyak ditemukan di tanah yang mengandung sisa-sisa bahan organik dan kotoran hewan. Ketika konidia (salah satu bagian tubuh) dari B. dermatitidis terhirup oleh manusia maka akan terjadi perubahan bentuk dari miselium menjadi khamir dan sistem imun manusia tidak sempat menghasilkan respon imun terhadap perubahan tersebut. Agen penyakit akan menyebar melalui sistem limfa dan aliran darah. Gejala penyakit ini sangat bervariasi karena banyak sistem organ yang berperan dalam penyebarannya. Namun, beberapa gejala yang paling sering diperiksakan adalah gejala yang berkaitan dengan manifestasi pulmonari, lesi pada kulit yang tidak sembuh, lesi tulang yang seringkali tanpa rasa sakit, dan gejala yang berkaitan dengan sistem genitouorinari (urogenital). Uji keberadaan infeksi dalam tubuh dapat dilakukan dengan biopsi jaringan tubuh untuk mengkultur dan melihat histopatologinya, mengambil sampel dari sekresi (pembuangan) sisa kotoran tubuh dan jaringan.

Kriptokokosis

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/a/aa/Pulmonary_cryptococcosis_%282%29_Alcian_blue-PAS.jpg/200px-Pulmonary_cryptococcosis_%282%29_Alcian_blue-PAS.jpg
Kriptokokosis adalah infeksi yang diterima oleh pernapasan pada tanah yang terkontaminasi oleh fungi Cryptococcus neoformans. Kriptokokosis adalah infeksi oportunistik yang terjadi untuk AIDS. Penyakit ini didistribusikan ke seluruh dunia. Jumlah kriptokokosis meningkat selama 20 tahun terakhir untuk banyak alasan, termasuk meningkatnya insiden AIDS.
Panau


http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/3/35/P_versicolorklein.jpg/250px-P_versicolorklein.jpg













Panau atau Pitriyasis versikolor merupakan salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit panau ditandai oleh bercak yang terdapat pada kulit disertai rasa gatal pada saat berkeringat. Bercak-bercak ini bisa berwarna putih, coklat atau merah tergantung kepada warna kulit penderita. Jamur yang menyebabkan panau adalah Malassezia furfur.
Panau paling banyak dijumpai pada remaja usia belasan. Meskipun begitu panau juga bisa ditemukan pada penderita berumur yang lebih tua atau lebih muda. Penyakit ini biasanya menyerang kulit di daerah yang menghasilkan banyak keringat. Biasanya panau terdapat pada bagian atas dada, lengan, leher, perut, kaki, ketiak, lipatan paha, muka dan kepala. Panau terutama ditemukan di daerah yang lembab dan dilindungi pakaian.
Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia. Penyakit yang disebabkan jamur pada manusia disebut mikosis, yaitu mikosis superficial dan mikosis sistemik. Mikosis superfisial merupakan mikosis yang menyerang kulit, kuku, dan rambut terutama disebabkan oleh 3 genera jamur, yaitu Trichophyton, Microsporum, dan Epidermophyton. Sedangkan mikosis sistemik merupakan mikosis yang menyerang alat-alat dalam, seperti jaringan sub-cutan, paru-paru, ginjal, jantung, mukosa mulut, usus, dan vagina.
Beberapa jenis mikosis superfisial antara lain sebagai berikut.
Tinea capitis
Merupakan infeksi jamur yang menyerang stratum corneum kulit kepala dan rambut kepala, yang disebabkan oleh jamur Mycrosporum dan Trichophyton. Gejalnya adalah rambut yang terkena tampak kusam, mudah patah dan tinggal rambut yang pendek-pendek pada daerah yang botak. Pada infeksi yang berat dapat menyebabkan edematous dan bernanah.
Tinea favosa
Merupakan infeksi pada kulit kepala, kulit badan yang tidak berambut dan kuku. Penyebabnya adalah Trichophyton schoenleinii. Gejalnya berupa bintik-bintik putih pada kulit kepala kemudian membesar membentuk kerak yang berwarna kuning kotor. Kerak ini sangat lengket daln bila diangkat akan meninggalkan luka basah atau bernanah.
Tinea barbae
Merupakan infeksi jamur yang menyerang daerah yang berjanggut dan kulit leher, rambut dan folikel rambut. Penyebabnya adalah Trichophyton mentagrophytes, Trichophyton violaceum, Microsporum cranis.
Dermatophytosis (Tinea pedis, Athele foot)
Merupakan infeksi jamur superfisial yang kronis mengenai kulit terutama kulit di sela-sela jari kaki. Dalam kondisi berat dapat bernanah. Penyebabnya adalah Trichophyton sp.
Tinea cruris
Merupakan infeksi mikosis superfisial yang mengenai paha bagian atas sebelah dalam. Pada kasus yang berat dapat pula mengenai kulit sekitarnya. Penyebabnya adalah Epidermophyton floccosum atau Trichophyton sp.
Tinea versicolor (panu)
Merupakan mikosis superfisial dengan gejala berupa bercak putih kekuning-kuningan disertai rasa gatal, biasanya pada kulit dada, bahu punggung, axilla, leher dan perut bagian atas. Penyebabnya adalah Malassezia furtur.
malassezia furfur

Tinea circinata (Tinea corporis)
Merupakan mikosis superfisial berbentuk bulat-bulat (cincin) dimana terjadinya jaringan granulamatous, pengelupasan lesi kulit disertai rasa gatal. Gejalanya bermula berupa papula kemerahan yang melebar.
Otomycosis (Mryngomycosis)
Merupakan mikosis superfisial yang menyerang lubang telinga dan kulit di sekitarnya yang menimbulkan rasa gatal dan sakit. Bila ada infeksi sekunder akan menjadi bernanah. Penyebabnya adalah Epidermophyton floccosum dan Trichophyton sp.
Beberapa jenis mikosis sistemik antara lain sebagai berikut.
Nocardiosis
Merupakan mikosisi yang menyerang jaringan subkutan, yakni terjadi pembengkakan jaringan yang terkena dan terjadinya lubang-lubang yang mengeluarkan nanah dan jamurnya berupa granula. Penyebabnya adalah Nocardia asteroides.
Candidiasis
Merupakan mikosis yang menyerang kulit, kuku atau organ tubuh seperti hantung dan paru-paru, selaput lendir dan juga vagina. Infeksi ini terjadi karena faktor predisposisi, misalnya diabetes, AIDS, daerah kulit yang lembab dan obesitas. Penyebabnya adalah Candida albicans.
Actinomycosis
Merupakan mikosis yang ditandai dengan adanya jaringan granulomatous, bernanah disertai dengan terjadinya abses dan fistula. Penyebabnya adalah Actinomyces bovis.
Maduromycosis (Madura foot)
Merupakan mikosis pada kaki yang ditandai dengan terjadinya massa granulomatous yang biasanya meluas ke jaringan lunak dan tulang kaki. Gejalanya dimulai dengan adanya lesi pada tapak kaki bagian belakang, timbul massa granulomatous dan abses yang kemudian terjadi sinus-sinus yang mengeluarkan nanah dan granula. Penyebabnya adalah Allescheris boydii, Cephalosporium falciforme, Madurella mycetomi, dan Madurella grisea
Coccidioidomycosis
Merupakan mikosis yang mengenai paru-paru yang disebabkan oleh Coccidioides immitis. Gejalnya mirip dengan pneumonia yang lain, berupa batuk dengan atau tanpa sputum yang biasanya disertai dengan pleuritis,
Sporotrichosis
Merupakan mikosis yang bersifat granulomatous menimbulkan terjadinya benjolan gumma, ulcus dan abses yang biasanya mengenai juga kulit dan kelenjar lympha superfisial. Penyebabnya adalah Sporotrichum schenckii. Gejala awalnya berupa benjolan (nodul) di bawah kulit kemudian membesar, merah, meradang, mengalami nekrosis kemudian terbentuk ulcus. Nodul yang sama terjadi sepanjang jaringan lympha.
Blastomycosis
Merupakan mikosis yang menyerang kulit, paru-paru, viscera, tulang dan sistem saraf. Penyebabnya adalah Blastomyces dermatitidis dan Blastomyces brasieliensis. Blastomycosis kulit gejalanya brupa papula atau pustula yang berkembang menjadi ulcus kronis dengan jaringan granulasi pada alasnya. Kulit yang sering terkena adalah wajah, leher, lengan dan kaki. Bila menyerang organ dalam, gejalanya mirip tuberculosis.

Apakah blog ini bermanfaat untuk Anda?

Pengunjung

Pengikut