Minggu, 02 Oktober 2011

Anatomi Fisiologi Manusia_KELAINAN PADA SISTEM SARAF


KELAINAN PADA SISTEM SARAF
                                                           
Neurologi adalah cabang dari ilmu kedokteran yang menangani kelainan pada sistem saraf. Dokter yang mengkhususkan dirinya pada bidang neurologi disebut neurolog dan memiliki kemampuan untuk mendiagnosis, merawat, dan memanejemen pasien dan kelainan saraf. Kebanyakan para neurolog dilatih untuk menangani pasien dewasa. Untuk anak-anak dilakukan oleh neurolog pediatrik, yang merupakan cabang dari pediatri atau ilmu kesehatan anak. Para neurolog menangani kelainan pada sistem saraf, termasuk pada sistem saraf pusat (otak, batang otak, dan otak kecil), sistem saraf tepi (misalnya saraf otak), dan sistem saraf otonom. Neurolog juga dapat mendiagnosa dan memeriksa beberapa kasus pada sistem otot dan tulang (muskuloskeletal). Beberapa contoh kelainan yang terjadi pada sistem saraf antara lain:
1.      Stroke ( istilah lain Cerebrovascular accident ( CVA ) atau Cerebral apoplexy ), adalah kerusakan   otak akibat tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah otak.
2.       Poliomielitis , penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang neuron-neuron motoris sistem saraf ( otak dan medula spinalis ).
3.      Epilepsi, penyakit karena dilepaskannya letusan-letusan listrik ( impuls ) pada neuron-neuron otak.
4.       Parkinson, penyakit yang disebabkan oleh berkurangnya
neurotranslator dopamin pada dasar gangglion dengan gejala tangan gemetaran sewaktu istirahat ( tetapi gemetaran itu hilang sewaktu tidur ), sulit bergerak, kekakuan otot, otot muka kaku menimbulkan kesan seolah-olah bertopeng, mata sulit berkedip dan langkah kaki menjadi kecil dan kaku.
5.      Transeksi , kerusakan atau seluruh segmen tertentu dari medula spialis. Misalnya karena jatuh, tertebak yang disertai dengan hancurnya tulang belakang.
6.       Neurasthonia, ( lemah saraf ) , penyakit ini ada karena pembawaan lahir, terlalu berat penderitanya, rohani terlalu lemah atau karena penyakit keracunan.
7.       Neuritis, radang saraf yang terjadi karena pengaruh fisis seperti patah tulang, tekanan pukulan, dan dapat pula karena racun atau difisiensi vitamin B1, B6, B12.
Berikut ini akan dijelaskan tentang stroke secara lebih mendalam, karena kelainan ini telah begitu umum terjadi di sekitar kita. Stroke merupakan pembunuh nomor tiga di Indonesia.
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tib-tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusakkan atau mematikan. Kematian jaringan sel-sel saraf di otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu. Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga di Amerika Serikat dan banyak negara industri di Eropa (Jauch, 2005). Bila dapat diselamatkan, kadang-kadang penderita mengalami kelumpuhan pada anggota badannya, hilangnya sebagian ingatan atau kemampuan bicaranya. Beberapa tahun belakangan ini makin populer istilah serangan otak. Istilah ini berpadanan dengan istilah yang sudah dikenal luas, "serangan jantung". strok terjadi karena cabang pembuluh darah terhambat oleh emboli. Emboli bisa berupa kolesterol atau udara.
Strok dibagi menjadi dua jenis yaitu strok iskemik maupun strok hemorragik. Pada strok iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis (penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami strok jenis ini.
Stroke hemorragik
Pada strok hemorragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya. Hampir 70 persen kasus strok hemorrhagik terjadi pada penderita hipertensi.

 

 

 

 

 

 

 

 

Stroke iskemik

Pada strok iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta jantung (arcus aorta).

Suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam pembuluh darah arteri karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap pembuluh darah arteri karotis dalam keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar otak. Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil.
Pembuluh darah arteri karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa juga tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau satu katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli serebral (emboli = sumbatan, serebral = pembuluh darah otak) yang paling sering terjadi pada penderita yang baru menjalani pembedahan jantung dan penderita kelainan katup jantung atau gangguan irama jantung (terutama fibrilasi atrium).
Emboli lemak jarang menyebabkan stroke. Emboli lemak terbentuk jika lemak dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya bergabung di dalam sebuah arteri.
Stroke juga bisa terjadi bila suatu peradangan atau infeksi menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang menuju ke otak. Obat-obatan (misalnya kokain dan amfetamin) juga bisa mempersempit pembuluh darah di otak dan menyebabkan strok.
Tekanan darah rendah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika tekanan darah rendahnya sangat berat dan menahun. Hal ini terjadi jika seseorang mengalami kehilangan darah yang banyak karena cedera atau pembedahan, serangan jantung atau gangguan irama jantung.
Dilihat dan gejalanya, stroke terbagi menjadi tiga macam, yakni:
1. Stroke sementara (sembuh dalam beberapa menit atau jam).
2. Stroke ringan (sembuh dalam beberapa minggu).
3. Stroke berat (sembuh dengan meninggalkan cacat, tidak bisa sembuh total, bahkan dalam beberapa bulan (tahun) bisa mengakibatkan kematian.

Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat dan menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit (completed stroke). Kemudian stroke menjadi bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati (stroke in evolution).
Perkembangan penyakit biasanya (tetapi tidak selalu) diselingi dengan periode stabil, dimana perluasan jaringan yang mati berhenti sementara atau terjadi beberapa perbaikan. Gejala stroke yang muncul pun tergantung dari bagian otak yang terkena.
Membaca isyarat stroke dapat dilakukan dengan mengamati beberapa gejala stroke berikut:
  • Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh.
  • Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran.
  • Penglihatan ganda.
  • Pusing.
  • Bicara tidak jelas (rero).
  • Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat.
  • Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh.
  • Pergerakan yang tidak biasa.
  • Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
  • Ketidakseimbangan dan terjatuh.
  • Pingsan.
Kelainan neurologis yang terjadi akibat serangan stroke bisa lebih berat atau lebih luas, berhubungan dengan koma atau stupor dan sifatnya menetap. Selain itu, stroke bisa menyebabkan depresi atau ketidakmampuan untuk mengendalikan emosi.
Stroke juga bisa menyebabkan edema atau pembengkakan otak. Hal ini berbahaya karena ruang dalam tengkorak sangat terbatas. Tekanan yang timbul bisa lebih jauh merusak jaringan otak dan memperburuk kelainan neurologis, meskipun strokenya sendiri tidak bertambah luas.
Jika mengalami serangan stroke, segera dilakukan pemeriksaan untuk menentukan apakah penyebabnya bekuan darah atau perdarahan yang tidak bisa diatasi dengan obat penghancur bekuan darah.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kelumpuhan dan gejala lainnya bisa dicegah atau dipulihkan jika recombinant tissue plasminogen activator (RTPA) atau streptokinase yang berfungsi menghancurkan bekuan darah diberikan dalam waktu 3 jam setelah timbulnya stroke.
Antikoagulan juga biasanya tidak diberikan kepada penderita tekanan darah tinggi dan tidak pernah diberikan kepada penderita dengan perdarahan otak karena akan menambah risiko terjadinya perdarahan ke dalam otak.
Penderita stroke biasanya diberikan oksigen dan dipasang infus untuk memasukkan cairan dan zat makanan. Pada stroke in evolution diberikan antikoagulan (misalnya heparin), tetapi obat ini tidak diberikan jika telah terjadi completed stroke.
Pada completed stroke, beberapa jaringan otak telah mati. Memperbaiki aliran darah ke daerah tersebut tidak akan dapat mengembalikan fungsinya. Karena itu biasanya tidak dilakukan pembedahan.
Pengangkatan sumbatan pembuluh darah yang dilakukan setelah stroke ringan atau transient ischemic attack, ternyata bisa mengurangi risiko terjadinya stroke di masa yang akan datang. Sekitar 24,5% pasien mengalami stroke berulang.
Untuk mengurangi pembengkakan dan tekanan di dalam otak pada penderita stroke akut, biasanya diberikan manitol atau kortikosteroid. Penderita stroke yang sangat berat mungkin memerlukan respirator (alat bantu bernapas) untuk mempertahankan pernafasan yang adekuat. Di samping itu, perlu perhatian khusus kepada fungsi kandung kemih, saluran pencernaan dan kulit (untuk mencegah timbulnya luka di kulit karena penekanan).
Stroke biasanya tidak berdiri sendiri, sehingga bila ada kelainan fisiologis yang menyertai harus diobati misalnya gagal jantung, irama jantung yang tidak teratur, tekanan darah tinggi dan infeksi paru-paru. Setelah serangan stroke, biasanya terjadi perubahan suasana hati (terutama depresi), yang bisa diatasi dengan obat-obatan atau terapi psikis.

Enam  langkah penanganan stroke
Enam  langkah penanganan stroke diambil dari intervensi pada perjalanan alamiah dan klinik penyakit stroke.  Langkah-langkah penanganan stroke meliputi: (1) pencegahan, (2) pengenalan dini, (3) reperfusi, (4) neuroproteksi, (5) rehabilitasi, dan (6) pencegahan sekunder.

1. Pencegahan stroke

Pada prinsipnya stroke dapat dicegah. Pemahaman akan faktor risiko stroke, dan pengendalian akan faktor risiko stroke mutlak diperlukan. Faktor risiko stroke yang utama adalah hipertensi, diabetes, merokok, dan dislipidemia. Pengurangan konsumsi garam dan olahraga terbukti menurunkan stroke (SAFE, 2008).   Penelitian Wang, dkk (2007) menunjukkan bahwa kampanye mewaspadai hipertensi, berhenti merokok, dan menurunkan berat badan pada masyarakat terbukti berhasil menurunkan angka kejadian stroke sampai dengan 11,4%.
Penelitian menunjukkan bahwa sebagai faktor risiko stroke yang utama, hipertensi seringkali tidak disadari. Hal inilah yang menyebabkan hipertensi dijuluki sebagai si pembunuh diam-diam (the silent killers). Pasien datang berobat ketika kerusakan target organ telah sedemikian parahnya. Edukasi kepada pasien dan masyarakat luas tentang bahaya hipertensi mutlak diperlukan.
2. Pengenalan gejala dini

Stroke adalah kedaruratan medik. Semakin cepat pasien ditangani secara adekuat, semakin besar Permasalahan yang muncul adalah pasien stroke seringkali tidak segera datang ke RS. Banyak penelitian menunjukkan keterlambatan pasien stroke meminta pertolongan medis yang adekuat. Penelitian di Thailand menunjukkan bahwa hanya 20,2% pasien stroke yang datang ke RS dalam waktu kurang dari 24 jam (Asawavichienjinda dan Boogrid, 1998). Mengapa pasien datang terlambat ke RS ? Banyak penelitian memperlihatkan bahwa sebagian besar pasien dan keluarganya tidak mengenali gejala stroke. Edukasi kepada masyarakat untuk mengenali secara dini gejala stroke mutlak diperlukan.

3.Reperfusi dan Neuroproteksi

Gangguan fungsi saraf akan terganggu bila aliran darah otak turun. Pada kasus ini jaringan otak belum mati, namun mengalami gangguan fungsi. Bagian ini disebut sebagai bagian iskemik pneumbra. Bila gangguan aliran darah berkepanjangan dapat terjadi kematian jaringan saraf yang disebut infark. Target terapi adalah menyelamatkan jaringan pneumbra.Tindakan penyelamatan dilakukan dengan membuka sumbatan dengan obat thrombolitik. Tindakan ini jarang sekali dilakukan di Indonesia karena persyaratan yang sangat banyak. Salah satu syarat utama adalah pasien datang kurang dari 6 jam setelah serangan stroke. Inilah yang disebut dengan konsep “time is brain”. Tindakan lain adalah dengan neuroproteksi (melindungi bagian otak). Hal ini dapat dicapai dengan pemberian obat dan pencegahan komplikasi stroke. Unit stroke yang multidisiplin dan perawatan yang lebih terstruktur terbukti menurunkan angka kematian dan komplikasi stroke.

4.Rehabilitasi

Salah satu modalitas terapi yang utama untuk membantu pemulihan pasca stroke adalah program rehabilitasi. Salah satu programm rehabilitasi yang hampir selalu dilakukan adalah terapi fisik (fisioterapi). Fisioterapi pada prinsipnya dilakukan sesegera mungkin (as soon as possible). Tentu saja hal ini disesuaikan dengan kondisi pasien.
Pasien stroke dengan gangguan bicara akan menjalani terapi wicara (speech therapy). Terapi okupasi (occupational therapy) dilakukan untuk memperbaiki fungsi kehidupan sehari-hari pasien (activities of daily living), seperti mandi, makan, berganti baju, dan menyisir rambut. 

5.Pencegahan stroke ulang

Serangan stroke ulang umum dijumpai. Seangan stroke ulang pada umumnya lebih berakibat fatal daripada serangan stroke yang pertama. Penelitian Xu, dkk (2007) memperlihatkan bahwa serangan stroke ulang pada tahun pertama  dijumpai pada 11,2% kasus. Pengendalian fakror risiko yang tidak baik merupakan penyebab utama munculnya serangan stroke ulang. Penelitian diatas menunjukkan bahwa serangan stroke ulang pada umumnya dijumpai pada individu dengan hipertensi yang tidak terkendali dan merokok.

Penanganan yang lebih optimal diharapkan akan menurunkan kematian dan kecacatan akibat stroke. Pencegahan merupakan hal yang sangat utama. Hachinski (2008) mengingatkan kepada kita semua dengan mengutip pernyataan Ovidius Naso (seorang penyair Romawi 2000 tahun yang lalu) “Act before disease has gained strength”. 



DAFTAR PUSTAKA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tulis komentar anda, untuk blog ini yang lebih baik.

Apakah blog ini bermanfaat untuk Anda?

Pengunjung

Pengikut