Minggu, 02 Oktober 2011

Dasar-dasar Bioteknologi_KAPAS Bt


A.    Pendahuluan
Luas pertanaman kapas di Indonesia di tahun 1999 sebesar 17.549 ha, sedang di Sulawesi Selatan 8370 ha, produksi seluruh Indonesia 5194 ton, dengan produktivitas 554,25 kg/ha, dan produktivitas Sulawesi  Selatan 494,77 kg/ha. 98% kapas yang digunakan dalam industri tekstil di Indonesia masih harus diimpor, dan volume impor Indonesia mencapai  455.909  ton dengan nilai impor sebesar 671.934.000 US$.
Besarnya nilai  dan  volume  impor  itu  menyebabkan menanam  kapas menjadi  sangat menarik bagi petani. Namun, masalah  utama  yang  dihadapi  petani   kapas  adalah  hama   Helicoverpa armigera, Empoasca sp  atau  sekarang  disebut  Sundapteryx biguttula  (wereng  kapas/penghisap daun).
Perkembangan kemajuan bioteknlogi saat ini telah memungkinkan dilakukan perbaikan sifat tanaman melalui rakayasa genetika. Dengan teknologi ini, gen dari berbagai sumber dapat dipindahkan pada tanaman yang akan diperbaiki sifatnya, sehingga teknologi ini biasa disebut teknologi transgenic. Penerapan teknologi ini salah satunya pada kapas, yang disisipi sifat untuk melawan hawa penyakit, sehingga biasa disebut tanaman kapas transgenic.

B.     Kapas Bt
Seperti disebutkan diatas salah satu hama utama pada kapas adalah Helicoverpa armigera. Hama ini mulai menyerang kapas yang berumur sekitar 1 bulan dan populasi larva akan meningkat dengan semakin tuanya umur kapas. Kapas Bt tahan terhadap serangan hama karena tanaman ini menghasilkan toksin yang dapat membunuh hama tersebut. Toksin tersebut disandikan oleh gen yang berasal dari bakteri Bacillus turingiensis.
Genom tanaman kapas ini mengandung gen berasal dari bakteri Bacillus turingiensis. Oleh karena itu, tanaman kapas ini seringkali disebut sebagai kapas-Bt (Bt=Bacillus turingiensis). Kapas Bt merupakan salah satu contoh organisme transgenik.
Organisme transgenic adalah organism yang mengandung gen yang berasal dari jenis organisme lainnya. Oleh karena tanaman kapas ini mengandung gen yang asalnya dari organism lainnya, maka kapasini disebut tanaman kapas transgenic.

C.  Cara kerja bakteri Bacillus turingiensis
Bacillus turingiensis adalah bakteri tanah yang bersifat pathogen terhadap beberapa serangga. Bakteri ini bekerja sebagai racun perut, yang telah digunakan lebih dari 40 tahun sebagai bioinsektisida untuk pengendalian berbagai jenis serangga hama.
Cara kerjanya adalah sebagai berikut:
1.      Spora bakteri yang termakan oleh serangga akan tumbuh pada lumen usus tengah serangga.
2.      Saat sporulasi, bakteri ini akan menghasilkan protein delta-endotoksin yang berbentuk Kristal (Cry).
3.      Usus tengah serangga bersifat basa akan menyebabkan Kristal protein dilepas dan protein masih bersifat protoksin.
4.      Dengan bantuan enzim yang ada pada usus tengah serangga yaitu protease protoksin akan diurai menjadi polipeptida yang berukuran lebih kecil dan bersifat toksik.
5.      Toksik menempelpada reseptor yang terletak pada ujung membrane brush-border dari sel epitel selanjutnya akan membentuk lubang pada sel.
6.      Akibatnya cairan dan udara dari luar sel akan masuk, sel mengembang, mempunyai banyak rongga udara akibatnya sel pecah.
7.      Pecahnya sel epitel akan membuka jalan bagi toksin dan spora masuk dan meracuni, sehingga serangga mati.

D.    Mekanisme pembentukan tanaman transgenik
1.      Gen target yang dipilih diambil dari kromosom.
2.      Gen disisipkan pada plasmid yang diperoleh dari bakteri.
3.      Plasmid rekombinan yang terbentuk ditransformasikan ke agrobakterium.
4.      Agrobakteriumakan menginfeksi sel tanaman dan selanjutnya didapat tanaman transgenic.
E.   Pengembangan Kapas Bt di Indonesia
 Bollgard adalah kapas dengan gen Bt,  plasma nutfah Bollgard adalah DP 5690 milik Delta  Pine  sedang  Bt  genenya  milik  Monsanto.
Penanaman  Bollgard  di  Indonesia dilakukan oleh  PT Branita Sandhini, PT  lokal  yang bekerja sama dengan  Monsanto antara lain sebagai distributor produk.  Bollgard resisten terhadap Helicoverpa armigera dan diharapkan akan dapat meningkatkan penghasilan petani.  Uji yang telah dilakukan sebelum pelepasan terbatas adalah: uji di Fasilitas Uji Terbatas (FUT) di Balai Penelitian Bioteknologi, Bogor,  yang diteruskan dengan Uji Lapangan Terbatas (ULT) di Sulawesi Selatan dibawah pengawasan Komisi KeamananHayati (KKH).
Selanjutnya dilaksanakan pula Uji Multi Lokasi (15 lokasi) oleh UGM dan Dinas Perkebunan, dan penanaman 500 ha untuk studi sosial ekonomi oleh petani dan dibantu Dinas Perkebunan.. Penelitian  masih  terus  dilaksanakan  di  lapang  oleh  Universitas  Gadjah  Mada,  IPB, UNHAS dan tim Departemen Pertanian.
Status pertanaman kapas transgenik dewasa ini adalah budidaya terbatas sesuai dengan SK Mentan no 107/Kpts/KB/430/2001 di tujuh kabupaten di Sulsel seluas 4.461 ha yakni Kabupaten Bantaeng 1.744 ha, Bulukumba 1.571 ha, Bonne 142 ha, Soppeng 331 ha, Wajo 570 ha, Gowa 57 ha dan Takalar 42 ha.

F.      Tabel perbandingan kapas transgenic dan non-transgenik
Komponen
Bollgard
Kapas Lokal

Volume
Nilai (Rp)
Volume
Nilai
Benih (kg)**
5,75 kg
225.000
25
50.000
Penyiapan lahan/pemeliharaan

205.000

205.000
Pupuk

415.000

415.000
Insektisida untuk S.biguttula
0,4 l
72.000
0,4 l
72.000
Insektisida unruk Helicoverpa armigera


3 l
450.000
Tenaga penyemprotan
4
40.000
16
160.000
Tenaga panen

200.000

200.000
Total Input

1.157.000

1.522.000
Total output ***

5.261.625

2.269.125
Pendapatan petani/ha

4.104.625

747.125
             
Dari tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa kapas transgenic memiliki keunggulan dari pada kapas non-transgenik, terutama jika kita lihat dari hasil yang didapat.

G.   Beberapa kekhawatiran tanaman transgenic.
1.      Adanya eksploitasi secara tak terkendali terhadap tanaman transgenic.
2.      Terjadinya ketidakseimbangan lingkungan (kematian yang tidak dikehendaki organism lain, mengurangi efek pestisida, mutasi gen yang tak diinginkan)
3.      Bahaya terhadap kesehatan (keracunan, terhadap makanan yang mengandung Bt-endotoksin sudah terbantah secara ilmiah, alergi , bakteri dalam tubuh resisten terhadap antibiotic karena transfer horizontal gen Kan-R dari tanaman transgenic melalui rekayasa genetika terinkorporasi kedalam tanaman, efek yamg belum diketahui akibat modifikasi gen.
4.      Pertimbangan sosio-ekonomi (Kekhawatiran monopoli atau ketergantungan).




Daftar Pustaka

1.      Widianti, Tuti dkk. 2011. Dasar-dasar bioteknologi. Semarang: Biologi UNNES
2.      Diambil dari http://www.binadesa.or.id, artikel No. GMO.IND.01c. diakses 2 Mei, 2011
3.      Diambil dari http://rudyct.tripod.com/sem2_012//kel2_0212.htm.diakses 2 Mei, 2011
4.      Dhanutirto H. Masa depan tanaman transgenic di Indonesia. Diskusi Panel Transgenik BPPT, Jakarta,2004.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan tulis komentar anda, untuk blog ini yang lebih baik.

Apakah blog ini bermanfaat untuk Anda?

Pengunjung

Pengikut