Laporan Praktikum Mikrotek_PEMBUATAN PREPARAT APUSAN DARAH


PEMBUATAN PREPARAT APUSAN DARAH

I.       TANGGAL PRAKTIKUM
Senin, 02 Mei 2011

II.    TUJUAN
1.   Mahasiswa mampu membuat preparat awetan darah dengan metode apus dan pewarnaan metode Romanowski
2.   Mahasiswa mampu menganalisis hasil pembuatan preparat apus darah
3.   Mahasiswa mengetahui berbagai macam bentuk sel darah pada manusia.

III. LANDASAN TEORI
Sel darah pada umumnya dikenal ada tiga tipe yaitu: eritrosit, lekosit dan trombosit. Eritrosit manusia dalam keadaan normal berbentuk cakram bulat bikonkaf dengan diameter 7,2 µm tanpa inti, lebih dari separoh komposisi eritrosit terdiri dari air (60%) dan sisanya berbentuk substansi koloidal padat. Sel ni bersifat elastis dan lunak. Lekosit (sel darah putih) terdapat pada bagian pinggir sel darah, lekosit ini dibagi menjadi dua yaitu granulosit dan agranulosit.
 Granulosit terbagi menjadi tiga yaitu Netrofil (terbanyak) berbentuk bulat dengan diameter 10-12 µm, Eosinofil yang strukturnya lebih besar daripada netrofil (10-15 µm) dan Basofil (paling sedikit) dengan ukuran hampir sama dengan netrofil tetapi basofil sangat sulit ditemukan. Agranulosit dibagi menjadi dua yaitu Limfosit yang mempunyai ukuran yang bevariasi, inti bulat sitoplasma mengelilingi inti seperti cincin dan berperan penting dalam imunitas tubuh, dan Monosit (sel lekosit terbesar), intinya berbentuk oval kadang terlipat-lipat dapat bergerak dengan membentuk pseudopodia. Tipe ketiga yaitu Trombosit (disebut juga keping darah), berbentuk sebagai keping-keping sitoplasma lengkap dengan membran yang mengelilinginya, Trombosit terdapat khusus pada sel darah mammalia.
Untuk melihat struktur sel-sel darah dengan mikroskop cahaya pada umumnya dibuat sediaan apus darah. Sediaan apus darah ini tidak hanya digunakan untuk mrmpelajari sel darah tapi juga digunakan untuk menghitung perbandingan jumlah masing-masing sel darah. Pembuatan preparat apus darah ini menggunakan suatu metode yang disebut metode oles (metode smear) yangmerupakan suatu sediaan dengan jalan mengoles atau membuat selaput (film) dan substansi yang berupa cairan atau bukan cairan di atas gelas benda yang bersih dan bebas lemak untuk kemudian difiksasi, diwarnai dan ditutup dengan gelas penutup (Handari, 2003).
Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembuatan preparat dengan metode smear sebagai berikut:
1.       Ketebalan film
2.      Film difiksasi agar melekat erat pada gelas benda sehingga yakin bahwa sel-sel di dalamnya strukturnya tetap normal
3.       Memberi warna (pewarnaan)
4.       Menutup dengan gelas penutup
Film darah (sediaan oles) ini dapat diwarnai dengan berbagai macam metode termasuk larutan-larutan yang sederhana antara lain: pewarnaan Giemsa, pewarnaan acid fast, pewarnaan garam, pewarnaan wright, dan lain-lain.
Pewarnaan Giemsa disebut juga pewarnaan Romanowski. Metode pewarnaan ini banyak digunakan untuk mempelajari morfologi sel-sel darah, sel-sel lien, sel-sel sumsum dan juga untuk mengidentifikasi parasit-parasit darah misal Tripanosoma, Plasmodia danlain-lain dari golongan protozoa.
Hasil pewarnaan dengan Giemsa pada darah manusia akan memperlihatkan eritrosit berwarna merah muda, nukleolus lekosit berwarna ungu kebiru-biruan, sitoplasma lekosit berwarna sangat ungu muda, granula dari lekosit eosinofil berwarna ungu tua, granula dari lekosit netrofil dan lekosit basofil berwarna ungu


IV. CARA KERJA
Menyiapkan ujung jari kiri bagian tengah atau manis dengan dikipas-kipaskan kea rah kaki kemudian mengurutnya kearah ujung jari. Menyeterilkan ujung jari dan jarum franke dengan alcohol 70%. Menyiapkan 2 kaca benda yang bersih dan bebas lemak . Menusuk ujung jari dengan jarum franked dan keluarkan darah, kemudian mengoles ujung jari pada salah sisi gelas benda A bagian kanan yang bebas lemak, kemudian meletakkan gelas benda kedua (B) pada sisi pendek dengan sudut 45 derajat, hingga menyentuh tetesan darah pada gelas benda pertama sehingga timbul kapilaritas. Setelah terjadi kapilaritas, gelas benda kedua diapus ke arah menjauhi sisi kanan gelas benda pertama dengan kekuatan dan kecepatan yang sama rata sehingga didapat film darah yang tipis dan rata.
Kemudian apusan darah dikering anginkan, setelah menjadi kering difiksasi dengan metanol selama 5 menit  dan dikering anginkan. Dengan menggunakan pipet tetes, seluruh permukaan sediaan oles ditetesi dengan larutan Giemsa selama 30-40 menit. Kemudian mencuci dengan air mengalir, mengkeringanginkan kemudian mengamati di bawah mikroskop dan kemudian memberi label. Berikut secara ringkas rincian waktu yang diperlukan untuk membuat apus darah.
No
Tahapan
Alat
Bahan
Waktu
1
Mengurut ujung jari manis tangan kiri

-

-

1 menit
2
Mensterilkan ujung jari dan jarum franke
Jarum frankel
-Alkohol 70%
-Kapas
1 menit
3
Mengambil dan menampung sampel darah
-Gelas benda
-Jarum Franke
-Alkohol 70%
-Kapas
3 menit
4
Membuat apusan darah
- 2 Gelas benda
-Tetes darah

  5 menit
5
Mengeringanginkan apusan darah
-rak pewarna datar
-Kipas angin
-
10 menit
6
Memfiksasi permukaan film darah dan mengeringangikan
-pipet
Metanol,kapas
5  menit
7
Mewarnai film darah dan mencuci
-Pipet
-Beker gelas
-Giemsa 3%
-aquades dingin
40 menit
8
Labelling
-Alat tulis, label,
-
2 menit
9
Mengamati dan menganalisis
-mikroskop
-alat tulis
-Preparat apusan darah
10 menit
Total Waktu yang diperlukan
72 menit






V.    HASIL PENGAMATAN

Nama Preparat

Hasil

Apus Darah Homo
SMEAR
GIEMSA
02-05-2011


VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum pembuatan apusan darah ini, kelompok kami memakai 2 probandus. Pembuatan preparat apus darah ini dilakukan dengan metode apus/ smear/ oles. Pada praktikum ini darah probandus yang digunakan adalah darah manusia . Berdasarkan foto dari hasil pengamatan preparat apus darah Homo dengan pewarnaan Giemsa diketahui bahwa preparat secara fisik cukup baik, bersih, rapi dan berwarna ungu. Dapat terlihat adanya eritrosit dan leukosit.
Eritrosit ditunjukkan dengan warna kekuning-kuningan/ agak transparan. Eritrosit berbentuk bulat dan tak berinti. Sedangkan leukosit ditunjukkan dengan sel yang memiliki inti yang berwarna ungu. Warna biru pada leukosit disebabkan karena  pewarnaan yang diberikan pada saat pembuatan preparat. Inti leukosit akan menyerap warna yang bersifat basa.
Pada preparat tampak terlihat leukosit yang ditemukan adalah neutrofil dan limfosit. Hal ini berkaitan dengan jumlah/ presentase neutrofil memang paling banyak dalam darah, yaitu mencapai 55-70% dari jumlah leukosit yang ada. Sedangkan pada gambar preparat yang keempat dapat ditemui adanya limfosit. Berkaitan dengan fungsinya sebagai antibodi, maka kita dapat memprediksi bahwa probandus yang keempat sedang mengalami gangguan fisik (sakit). Sel leukosit terlihat mencolok pada preparat karena intinya yang berwarna biru. Sehingga kita dapat membedakannya dengan eritrosit. Inti leukosit bersifat basa, sehingga jika direaksikan dengan pewarna basa maka sel tersebut akan menyerap warnanya.
Eritrosit memiliki kadar yang paling banyak dalam darah jika dibandingkan dengan leukosit dan trombosit. Jumlah eritrosit antara individu yang satu dengan individu yang lain itu berbeda-beda. Ini dapat disebabakan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah ketinggian tempat. Individu yang hidup di daerah dataran tinggi akan memiliki jumlah eritrosit lebih banyak dibandingkan individu yang hidup di dataran rendah. Ini terkait dengan kebutuhan fisiologinya. Pada individu yang hidup di dataran tinggi membutuhkan asupan oksigen yang cukup, sedang kandungan oksigen di dataran tinggi lebih sedikit sehingga membutuhkan banyak Hb untuk mengikat oksigen. Begitu juga sebaliknya.
Pada preparat yang kami peroleh tidak semuanya menampakkan hasil yang bagus (bisa dilihat dalam gambar). Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti:
  1. Kesalahan prosedur yang dilakukan oleh praktikan pada saat membuat apusan, sehingga sel-selnya ada yang rusak karena tertekan
  2. Kekurang terampilan praktikan dalam menggunakan mikroskop, sehingga pencahayaan atau pemfokusannya kurang
  3. Kekurang terampilan praktikan dalam mengambil foto preparat
  4. Lensa mikroskop yang kotor.
Oleh karena itu, dalam praktikum pembuatan apusan darah yang selanjutnya kami sarankan agar:
1.      Praktikan benar-benar telah menguasai prosedur kerja pembuatan preparat apus darah
2.      Praktikan perlu dibekali dengan kemampuan pengoperasian mikroskop terlebih dahulu
3.      Praktikan sebaiknya juga dibekali dengan ketrampilan pengambilan foto preparat
  1. Alat-alat yang akan digunakan untuk praktikum diusahakan dalam keadaan layak pakai. Oleh karena itu perlu adanya pengecekan alat sebelumm praktikum yang dilakukan oleh kelompok piket dengan di dampingi oleh asisten atau laboran.




VII.KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Preaparat awetan darah dapat dibuat dengan metode apus dan metode pewarnaan Romanowski
2.      Pewarnaan apus dengan zat pewarna giemsa mewarnai sel darah putih dengan kontras dan dapat membedakan bagian nukleus dengan bagian sel yang lain
3.      Bentuk sel darah merah tampak oval dan sel darah putih ukurannya tampak lebih besar dan terdapat nucleus

VIII.SARAN
1.      Untuk membuat preparat darah harus dilakukan secara hati-hati dan terampil
2.      Untuk dapat melihat nucleus sel darah putih dapat menggunakan zat pewarna giemsa, lakukan prosedur praktikum dengan benar
3.      Untuk menghasilkan preparat yang baik dan jelas, sebaiknya pada waktu melakukan pengapusan diusahakan setipis mungkin




IX.DAFTAR PUSTAKA

    Rudyatmi,Eli. 2011. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA UNNES.
Subowo. 1992. Histologi umum. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Marianti, Aditya.2010. Petunjuk Praktikum fisiologi Hewan. Semarang : Biologi FMIPA UNNES.

Apakah blog ini bermanfaat untuk Anda?

Pengunjung

Pengikut