Contoh Laporan Fisiologi Tumbuhan_Kultur Pasir lengkap


D. Cara Kerja
Ø  Mengisi pasir yang telah dicuci steril (tidak 100% steril) sebanyak 1-1,5 kg kedalam tiap pot percobaan
Ø  Menyiram denga aquadest sampai batas kapasitas lapang kemudian, membenamkan 8 benih biji jagung yang sebelumnya telah direndam satu malam kedalam masing-masing pot (9 pot)
Ø  Meletakkan pot percobaan tersebut agar tidak terkena air hujan jika saat hujan turun (namun, harus tetap terkena cahaya matahari) sambil disiram dengan aquadest tiap hari.
Ø  Pada minggu kedua (Saat jagung telah tumbuh), memilih 4 tanaman jagung yang paling baik tumbuhnya untuk kemudian di perlakukan sesuai percobaan, kemudian yang lainnya digunting sampai pangkal.
Ø  Setelah ditentukan 4 tanaman yang akan digunakan untuk percobaan tiap potnya, maka selanjutnya menyiram dengan larutan hara sesuai prosedur.
Ø  Penyiraman dengan laruta hara dilakukan sekali dalam seminggu selama 6 minggu berturut-turut. Namun, tiap hari tanaman disiram dengan aquadest.
Ø  Mengukur pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter, berat basah, panjang daun, serta lebar daun tiap minggunya.
Ø  Mengamati perubahan morfologi yang terjadi tiap minggunya, kemudian mencatatnya.
Ø  Membuat laporan tentang parameter pertumbuhan jagung percobaan dengan berbagai perlakuan.

E. Hasil Pengamatan
v  Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Jagung pada kultur pasir.
Parameter
Perlakuan
Waktu (Minggu ke-)
1
2
3
4
5
6
7
Tinggi Jagung
1. Komplit
-
15.7
24.3
26.8
31.7
36
40.8
2. Min Ca
-
14.2
20.3
24.2
27.6
30.3
34.6
3. Min S
-
14.4
16.7
19.1
21.9
23.3
25.4
4. Min Mg
-
15.3
19.2
20.7
22.6
25.8
28.6
5. Min K
-
13.6
14.9
15.4
17.2
19.4
22.7
6. Min N
-
13.9
17.2
19.3
21.3
24.3
27.8
7. Min P
-
15.2
17.3
20.1
21.9
25.3
29.8
8. Min Fe
-
14.7
17.6
22.4
30.2
34.7
38.7
9. Min Mikro
-
16.1
19.2
23.9
28.1
31.7
37.9






 














v  Tabel 2. Data pengamatan jumlah daun jagung pada kultur pasir.
Parameter
Perlakuan
Waktu (Minggu ke-)
1
2
3
4
5
6
7
 Jumlah Daun Jagung
1. Komplit
-
3
4
4
5
6
9
2. Min Ca
-
3
3
4
5
6
7
3. Min S
-
3
3
3
4
4
6
4. Min Mg
-
3
3
4
5
6
7
5. Min K
-
3
3
4
4
5
6
6. Min N
-
3
3
4
5
6
7
7. Min P
-
3
4
4
5
5
6
8. Min Fe
-
3
3
4
5
5
8
9. Min Mikro
-
3
4
5
5
6
7



 















v  Tabel 3. Data hasil pengamatan lebar daun jagung pada kultur pasir
Parameter
Perlakuan
Waktu (Minggu ke-)
1
2
3
4
5
6
7
 Lebar Daun Jagung
1. Komplit
-
0.6
1.4
1.6
1.9
2.2
2.5
2. Min Ca
-
0.7
1.3
1.5
1.8
2
2.2
3. Min S
-
0.3
0.4
0.6
0.8
1
1.2
4. Min Mg
-
0.3
0.4
0.7
0.9
1.1
1.4
5. Min K
-
0.3
0.4
0.6
0.8
1
1.2
6. Min N
-
0.4
0.5
0.9
1.3
1.5
1.8
7. Min P
-
0.5
0.8
1.1
1.4
1.7
2
8. Min Fe
-
0.6
0.9
1.4
1.7
2.1
2.4
9. Min Mikro
-
0.5
0.7
1.4
1.6
1.9
2.3















v  Tabel 4. Data hasil pengamatan Panjang daun pada kultur pasir
Parameter
Perlakuan
Waktu (Minggu ke-)
1
2
3
4
5
6
7
Panjang daun Jagung
1. Komplit
-
11.7
14.5
18.4
24.4
27.3
31
2. Min Ca
-
12.3
15.2
17.3
23.1
26.3
30.8
3. Min S
-
11.4
12.9
13.3
18.1
20.7
22.2
4. Min Mg
-
10.7
13.6
15.3
20.7
24.3
26
5. Min K
-
13.8
14.9
16.2
18.3
20.6
22.1
6. Min N
-
13.4
14.3
16.6
19.2
21.3
24.5
7. Min P
-
12.1
16.3
18.2
23.1
25.9
30.1
8. Min Fe
-
11.7
16.4
20.9
24.1
26.3
30.2
9. Min Mikro
-
13.9
15.3
17.4
20.3
25.3
28


v  Tabel 5. Data hasil pengukuran diameter batang jagung
Parameter
Perlakuan
Minggu ke-7
Diameter (cm)
Diameter Batang Jagung
1. Komplit
0.84
2. Min Ca
0.72
3. Min S
0.54
4. Min Mg
0.58
5. Min K
0.52
6. Min N
0.56
7. Min P
0.68
8. Min Fe
0.83
9. Min Mikro
0.79

v  Tabel 6. Data hasil pengukuran berat basah tanaman jagung
Parameter
Perlakuan
Minggu ke-7
Berat (gr)
Berat basah tanaman Jagung
1. Komplit
33
2. Min Ca
12
3. Min S
8.6
4. Min Mg
10.6
5. Min K
3
6. Min N
10.5
7. Min P
10.9
8. Min Fe
27
9. Min Mikro
26

Tabel Pengamatan Akhir Praktikum Kultur Pasir
Perlakuan
Parameter
Morfologi

Berat (gr)
Tinggi (cm)
Jumlah Daun
Diameter (cm)
Panjang Daun (cm)
Lebar Daun (cm)


1. Komplit
33
40.8
9
0.84
31
2.5
Daun hijau segar, panjang, lebar, dan perakaran kokoh.

2. Min Ca
12
34.6
7
0.72
30.8
2.2
Daun muda klorosis, ujungnya membengkok, sebagian berwarna merahmuncul bercak putih, parakaran kurang kokoh.

3. Min S
8.6
25.4
6
0.54
22.2
1.2
Daun muda kuning, korosis, tepi tak rata, dan merah, tanaman kerdil

4. Min Mg
10.6
28.6
7
0.58
26
1.4
Klorosis diantara tulang daun, muncul warna merah, jingga, kuning, ada bercak putih

5. Min K
3
22.7
6
0.52
22.1
1.2
Daun kecil dan keriting, klorosis, batang kecil dan tidak kokoh, tanaman kerdil

6. Min N
10.5
27.8
7
0.56
24.5
1.8
tulang daun merah sempit, klorosis, kuning, rontok, tepi daun merah,tulang daun merah, tanaman kerdil

7. Min P
10.9
29.8
6
0.68
30.1
2
Daun hijau gelap, muncul warna merah, bercak putih, tulang daun merah, batang merah.

8. Min Fe
27
38.7
8
0.83
30.2
2.4
Klorosis daun muda, tepi daun tak rata, bercak putih.

9. Min Mikro
26
37.9
7
0.79
28
2.3
klorosis antara tulang daun, daun tebal, gelap, ada bercak putih diujung.

F. Pembahasan
1.      Pemberian larutan hara Komplit


 

Pada perlakuan dengan penyiraman larutan komplit tanaman jagung tumbuh subur, daun dan batang tumbuh dengan baik dibandingkan perlakuan yang lain, seperti gambar disamping, terlihat batang berdiameter paling besar diantara perlakuan yang lain. Tanaman tumbuh secara optimum.
Hal tersebut karena tumbuhan tercukupi seluruh nutrisi yang ia butuhkan sehingga berefek pada pertumbuhan yang jauh lebih baik ketimbang tanaman jagung yang diperlakukan dengan pengurangan salah satu unsure hara, shingga pada tanaman tersebut tampak kelainan-kelainan yang tampak secara morfologi.
Pada praktikum ini kita menjadi lebih tahu bahwa tumbuhan pun seperti manusia yang selalu membutuhkan nutrisi untuk pertumbuhan.        


2.      Pemberian larutan hara Min Kalsium (Ca)
Rounded Rectangle: MerahGambar disamping merupakan hasil percobaan kami pada kultur pasir yang memperlakukan tanaman jagung dengan pengurangan unsure kalsium pada larutan hara yang kami siramkan. Hasilnya jika, kita amati dengan teliti maka akan terlihat daun muda pada tanaman jagung ini klorosis, ujungnya membengkok, sebagian berwarna merah muncul bercak putih, parakaran kurang kokoh.
Kalsium sendiri diserap sebagai Ca2+ valensi dua. Kalsium penting dalam sintesis pektin pada lamela tengah. Kalsium juga berperan katalik, yaitu sebagai aktivator beberapa enzim seperti fostofolipase. Berperan juga dalam detoksifikasi asam oksalat, membetuk kristal Ca-oksalat yang dijumpai dalam vakula sel tumbuhan.
Kekurangan Ca yang parah dapat mengakibatkan kerusakan dan kematian tumbuhan. Pada daerah meristematik yang kekurangan Ca akan menghambat pembentukan dinding-dinding sel baru, sehingga pembelahan sel pun akan dihambat. Dinding sel, terutama dalam menyokong struktur batang dan petiol akan menjadi rapuh, dan perluasan sel dihambat. Gejala defisiensi Ca yang berat akan terjadi klorosis sepanjang tepi daun yang muda, ujung daun membengkok, pembentukan akar yang tertahan.
3.      Pemberian Larutan hara Min Sulfur (S)
 Selanjutnya, merupakan hasil percobaan kami dengan perlakuan dihilangkannya unsure S pada larutan hara yang diberikan dan hasilnya sangatlah tampak jelas bahwa daun muda kuning, korosis, tepi tak rata, sebagian berwarna merah, serta tanaman kerdil, bahkan ada yang mati.
Sulfur/ belerang ini akan diserap dari tanah dalam bentuk anion sulfat valensi dua (SO42-). Belerang dimetabolismekan oleh akar sebanyak yang diperlukan saja, dan sebagian besar sulfat ditranslokasikan tanpa perubahan ke tajuk melalui xylem.
Apabila terjadi defisiensi belerang gejalanya meliputi klorosis biasa di seluruh daun, termasuk berkas pembuluhnya dan terjadi kekerdilan pada tanaman sama halnya dengan percobaan yang telah kami lakukan.
Sebenarnya pada sebagian besar tanah jarang ditemui tanah yang kekurangan unsure sulfat sehingga jarang pula ditemui tanaman yang seperti pada percobaan kami ini. Namun, dengan percobaan ini kami menjadi lebih paham dalam mengidentifikasi kelainan pada suatu tanaman.
4.      Pemberian Larutan hara Min Magnesium (Mg)
 Gambar disamping merupakan hasil percobaan kelompok kami hasil perlakuan dengan min magnesium, dan yang terjadi seperti yang nampak pada gambar sebelah kiri, dimana terjadi klorosis diantara tulang daun pada daun tua, muncul warna merah, jingga, kuning, serta ada bercak putih pada bagian daun.
Hal ini terjadi karena Magnesium merupakan unsure hara yang berperan dalam sejumlah reaksi enzimatik dan kapasitas yang bervariasi. Magnesium diserap sebagai Mg2+ valensi dua. Disamping terdapat di klorofil, magnesium juga bergabung dengan ATP, mengaktifkan banyak enzim yang diperlukan dalam fotosintesis, respirasi, dan pembentukan DNA serta RNA.
Sehingga apabila suatu tanaman kekurangan magnesium maka tanaman tersebut akan mengalami klorosis pada daun tua. Biasanya klorosis ini tampak di antar-urat daun, karena sel mesofil di dekat ikatan pembuluh mempertahankan klorofil lebih lama daripada sel parenkima di anataranya, seperti yang terjadi pada percobaan yang telah kami lakukan.
5.      Pemberian Larutan hara Min Kalium (K)
Berbeda dengan pengurangan unsure magnesium, pada pengurangan unsure ini akan terjadi gejala tangkai jagung yang lemah dan akarnya lebih mudah terserang organisme pembusuk akar, daun kecil dan keriting, klorosis, batang kecil dan tidak kokoh, tanaman kerdil pada tanaman, hal ini hamper sama dengan kekurangan unsure S tadi.
Hal ini terjadi karena kalium berperan sebagai katalisator yang mengaktifkan sejumlah enzim yang penting untuk fotosintesis dan respirasi, juga mengaktifkan enzim yang diperlukan untuk membentuk pati dan protein sehingga penting untuk metabolisme di dalam tumbuhan.
6.      Pemberian Larutan hara Min Nitrogen (N)
           Kekurangan unsure nitrogen dapat terlihat jelas pada percobaan kami, terjadinya klorosis pada daun. Pada kasus yang parah, daun menjadi kuning seluruhnya lalu agak kecoklatan saat mati. Biasanya daun gugur pada fase kuning atau kuning kecoklatan. Daun muda tetap hijau lebih lama karena mereka mendapatkan nitrogen larut yang berasal dari daun tua.
Hal ini terjadi karena, Nitrogen berperan Untuk pertumbuhan tumbuhan karena merupakan komponen protein, asam nukleat, asam amino, dan senyawa lainnya.



7.      Pemberian Larutan hara Min Fosfor (P)
Menyebabkan tumbuhan menjadi kerdil dan berwarna hijau tua. Tumbuhan hijau tua, sering muncul warna merah dan ungu, tangkai pendek dan pipih jika kekahatan unsur terjadi pada taraf pertumbuhan lanjut.
Ditandai juga dengan hilangnya daun-daun yang lebih tua, pembentukan antosianin pada batang tulang daun, dan dalam keadaan yang parah timbul daerah nekrotik pada berbagai bagian tumbuhan.
Hal tersebut terjadi karena fosfor berperan dalam membangun tumbuhan yang diserap tumbuhan dalam bentuk ion fosfat dan divalen, juga penting dalam energi metabolisme dan sering menjadi pembatas dalam tanah.

8.      Pemberian Larutan hara Min Besi  (Fe)
Kekurangan  unsure yang satu ini dapat berakibat klorosis yang sangat spesifik terjadi pada daun muda pada tumbuhan yang sedang tumbuh tanpa terjadinya pemendekan atau nekrosis, klorosis pada antar-urat daun.
Hal ini dikarenakan besi berperan penting dalam kehidupan tumbuihan, yaitu besi merupakan bagian proses katalis dari banyak enzim oksidasi-reduksi, penting dalam pembentukan klorofil meskipun bukan bagian dari molekul klorofil tersebut.
Besi penting dalam protein heme (sitokrom dan sitokrom oksidase) rangkaian pemindahan elektron, dengan cara menambah dan melepaskan elektron pada proses oksidasi dan reduksi. Besi didapatkan pada sejumlah enzim oksidasi yang penting (katalase dan peroksidase) dan besi dijumpai pada flavo protein ferdoksin.





9.      Pemberian Larutan hara Min  Mikronutrien
Dan yang terakhir adalah pengurungan unsure mikronutrien, tampak bahwa tanaman klorosis antara tulang daun, daun tebal, gelap, ada bercak putih diujung, berwarna kuning.
Hal ini terjadi karena mikronutrien merupakan unsure yang berperan dalam asupan nutrisi yang selanjutnya berproses dalam fotosintesis sehingga defisiensi unsure ini menyebabkan hal-hal yang disebutkan diatas.


















G. Kesimpulan dan Saran
   Adapun simpulan yang diperoleh dari pembahasan diatas adalah
1.      Pada praktikum ini digunakan kultur pasir, yang merupakan salah satu media tanam hidroponik, selain sifatnya yang steril (bukan steril seratus persen), juga dapat mempertahankan kelembaban lebih lama dibandingkan dengan medium lain dan dapat digunakan dengan hasil yang sama baiknya pada skala besar dan skala kecil (Agus Irawan: hal.33, 2003).
2.      Pada praktikum ini dapat teramati gejala-gejal yang timbul pada tanaman yang kekurangan salah satu unsure nutrisi, yang setiap defisiensi memiliki gejala yang berbada-beda.
3.      Gejala pada tanaman akan tampak saat tiap-tiap tanaman diukur serta diamati minimal selama 7 pekan dalam pertumbuhannya.
4.      Tanaman yang mengalami defisiensi tidak akan secara langsung menampakkan gejala di awal, namun gejala tersebut akn timbul secara bertahap.

Adapun saran-saran yang dapat kami berikan adalah;

1.      Untuk pembaca, setelah membaca laporan kami diharap pembaca dapat lebih memahami gejala-gejala yang timbul pada tanaman yang mengalami defisiensi suatu unsure nutrisi, sehingga dengan itu pembaca dapat segera tanggap jika menemui tanaman yang dipelihara mengalami gejala-gejala yang tertera pada laporan kami.
2.      Untuk praktikan yang akan mempraktikan percobaan ini, agar saat praktikum harus benar-benar memperhatikan takaran pemberian nutrisinya, sehingga tidak mengalami kelebihan/ kekurangan sehingga akan berdampak pada hasil yang diperoleh nantinya. Praktikan juga harus berhati-hati dalam menjaga tanaman agar tidak terkena air hujan, karena hal ini berpegaruh terhadap hasil pula, selain itu yang terpenting adalah masalah pencucian pasir, yang harus diperhatikan adalah dalam mencuci pasir hendaknya dicuci hingga air bilasan benar-benar bening, karena jika tidak akan berdampak pada kualitas steril pada pasir tersebut (pasir yang keruh masih ada unsure haranya).
3.      Semoga bermanfaat saran dari kami, mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan dihati pembaca.
“MAJU TERUS DUNIA PENDIDIKAN INDONESIA”

Terima Kasih,
Wassalamualaikum wr. wb





Salam Cerdas,

                                         
                                                                                                                      Penulis

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Hydroponics. diakses di http://www.anisorchid.com/hidroponik.htm pada tanggal 25 Desember 2010 di Semarang
Anonim.2009. Types of hydroponics are solution culture and medium culture. diakses di http://www.anisorchid.com/hidroponik.htm pada tanggal 25 Desember 2010 di Semarang
Fazari Nurilla. 2008. Hidroponik Tanaman Tanpa Tanah. diakses di http://anekaplanta.wordpress.com/2007/12/21/hidroponik/ pada tanggal 25 Desember 2010 di Semarang
http://www.angelfire.com/biz/kazzhidroponik/laman2.html pada tanggal 25 Desember 2010 di Semarang
http://id.wikipedia.org/wiki/Hidroponik pada tanggal 25 Desember 2010 di Semarang
Indradewa,Dedik.. Hidroponik. Diakses di http://www.faperta.ugm.ac.id/buper/kuliah/hidroponik/Hidroponik.ppt pada tanggal 25 Desember 2010 di Semarang
Irawan, Agus. Hidroponik 2003. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Media Tanah. Bandung:M2S
Karsono,dkk. 2005. Hidroponik Skala Rumah Tangga. Jakarta: Agromedia Pustaka
Lingga, Pinus. 1987. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Jakarta: Penebar Swadaya.
           Soeseno, Slamet. 1985. Bercocok Tanam secara Hidroponik. Jakarta. Gramedia.
           Sutiyoso, Yos. 2003. Meramu Pupuk Hidroponik. Jakarta: Penebar Swadaya.
Tarwaca, Eka, dkk -. Hidroponik (Media dan Jenis Tanaman) http://faperta.ugm.ac.id/buper/kuliah/hidroponik/media%20dan%20jenis%20tanaman%20hidroponik.ppt pada tanggal 25 Desember 2010 di Semarang



                        

Apakah blog ini bermanfaat untuk Anda?

Pengunjung

Pengikut